Orang sering mendengar atau menyimak ceramah di masjid. Ceramah disampaikan oleh Ustad dalam pengajian atau acara yang lainnya, yang dilaksanakan di masjid.
Namun pengertian ceramah di sini tidak hanya itu saja. Di tempat lainpun seperti di sekolah bisa dilakukan dan oleh siapapun selain ustad. Bisa oleh guru, bisa juga oleh siswa atau murid.
Berdasarkan kesiapan dan tidaknya persiapan berceramah atau pidato dibagi menjadi empat jenis yaitu ekstempor, memoriter, manuskrip, dan yang lainnya.
Ceramah atau pidato bisa disampaikan secara mendadak. Orang diundang dalam suatu acara kemudian secara tiba-tiba dia dipersilakan oleh MC untuk menyampaikan pidato atau ceramah.
Isi ceramah atau pidato disiapkan secara tertulis. Kemudian dihapal kata demi kata. Lalu disampaikan dalam pidato atau ceramah.
Ada juga dengan cara materi pidato atau ceramah ditulis. Kemudian dibacakan di depan audien.
Cara lainnya yaitu membuat garis besar pidato atau outline. Penjelasannya ketika berpidato atau berceramah di depan audien atau hadirin.
Dari keempat cara tersebut, bagi pemula sebaiknya digunakan cara terakhir yaitu membuat garis besar pidato atau outline.
Struktur teks ceramah yaitu pendahuluan, isi, dan penutup.
Sedangkan kaidah kebahasaan teks ceramah yaitu mengggunakan bahasa yang dapat dipahami juga menggunakan bahasa sederhana dan tidak menimbulkan makna ganda pada bahasa yang digunakannya.
Mengucapkan salam merupakan bagian dari pendahuluan. Materi pokok ceramah atau pidato merupakan isi dari pidato atau ceramah. Kesimpulan dan doa merupakan bagian dari penutup ceramah atau pidato.
Contoh ceramah adalah perayaan hari besar agama Islam seperti memperingati Isro Miraj dan memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW setiap tanggal 12 Robiul Awal diadakan ceramah atau pidato atau Tablig Akbar.
Di sekolah diadakan ceramah oleh guru atau pihak terkait. Bisa dengan tema bahaya narkoba, bahaya merokok atau bahaya pergaulan bebas atau tema yang lainnya.
Membahas tentang keterampilan berbahasa Indonesia, Lingustik bahasa Indonesia, dan sastra Indonesia juga Puebi
Rabu, 24 Juni 2020
Rabu, 17 Juni 2020
Novel
Novel merupakan bagian dari sastra imajinatif.
Novel lebih tebal dari novelet. Novelet lebih tebal dari cerpen.
Ada yang menyamakan antara novel dengan roman. Jadi novel sama dengan roman. Roman sama dengan novel. Maknanya sama. Tidak berbeda.
Novel menggunakan kata denotatif. Sama dengan cerpen, menggunakan kata denotatif atau denotasi. Memiliki satu makna atau satu arti.
Novel dibangun oleh unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun dari dalam. Sedangkan unsur ektrinsik adalah unsur yang membangun dari luar.
Rp 60.000
Pemesenan hubungi Pa Kokon Kurnia no hp 083895552304
Di sini dikemukakan unsur intriksik novel yang dikutif dari buku berjudul Teori Apresiasi Prosa Fiksi, karya R. Panca Pertiwi Hidayati, Dra., M.Pd.
1. Cerita
2. Plot
3. Tokoh dan Penokohan
4. Latar
5. Sudut Pandang Pengarang
6. Gaya dan Nada Cerita
7. Tema.
Cerita merupakan aspek yang paling fundamental dalam novel.
Plot merupakan salah satu unsur utama pendukung pengorganisasian cerita secara kronologis.
Gaya pada dasarnya adalah cara-cara pengarang dalam menggunakan bahasa dalam karangannya.
Tema merupakan suatu unsur novel yang memberi makna yang menyeluruh terhadap isi cerita yang telah disampaikan kepada pembaca.
Riwayat pendidikan pengarang merupakan bagian dari unsur ekstrinsik novel. Mempengaruhi terbentuknya sebuah novel.
Demikian.
Novel lebih tebal dari novelet. Novelet lebih tebal dari cerpen.
Novel menggunakan kata denotatif. Sama dengan cerpen, menggunakan kata denotatif atau denotasi. Memiliki satu makna atau satu arti.
Novel dibangun oleh unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun dari dalam. Sedangkan unsur ektrinsik adalah unsur yang membangun dari luar.
Rp 60.000
Pemesenan hubungi Pa Kokon Kurnia no hp 083895552304
Di sini dikemukakan unsur intriksik novel yang dikutif dari buku berjudul Teori Apresiasi Prosa Fiksi, karya R. Panca Pertiwi Hidayati, Dra., M.Pd.
1. Cerita
2. Plot
3. Tokoh dan Penokohan
4. Latar
5. Sudut Pandang Pengarang
6. Gaya dan Nada Cerita
7. Tema.
Cerita merupakan aspek yang paling fundamental dalam novel.
Plot merupakan salah satu unsur utama pendukung pengorganisasian cerita secara kronologis.
Gaya pada dasarnya adalah cara-cara pengarang dalam menggunakan bahasa dalam karangannya.
Tema merupakan suatu unsur novel yang memberi makna yang menyeluruh terhadap isi cerita yang telah disampaikan kepada pembaca.
Riwayat pendidikan pengarang merupakan bagian dari unsur ekstrinsik novel. Mempengaruhi terbentuknya sebuah novel.
Demikian.
Selasa, 16 Juni 2020
Resensi
Resensi buku berarti timbangan buku. Kelebihan dan kekurangan suatu buku.
Jumlah minimal halaman buku yang dibaca tiap harinya berbeda pada tingkat pendidikan. Usia pendidikan dasar diharapkan siswa membaca buku dalam sehari selembar sampai lima lembar. Usia pendidikan menengah sebanyak lima lembar sampai sepuluh lembar. Usia pendidikan tinggi sebanyak sepuluh lembar ke atas dalam sehari.
Buku dibagi menjadi dua:
1. Buku fiksi
2. Buku non fiksi.
Langkah pertama untuk menilai kelebihan dan kekurangan suatu buku adalah membaca dari awal sampai akhir.
Banyaknya lembar buku minimal dua puluh lima lembar buku atau lima puluh halaman buku.
Semangat yang tinggi dalam membaca buku penting dimiliki. Tanpa itu kita tidak akan selesai membaca buku sampai halaman terakhir. Penyebabnya yaitu biasanya malas.
Pemesanan hubungi Pa Kokon Kurnia no hp 083895552304
Jumlah minimal halaman buku yang dibaca tiap harinya berbeda pada tingkat pendidikan. Usia pendidikan dasar diharapkan siswa membaca buku dalam sehari selembar sampai lima lembar. Usia pendidikan menengah sebanyak lima lembar sampai sepuluh lembar. Usia pendidikan tinggi sebanyak sepuluh lembar ke atas dalam sehari.
Jika mengikuti terbitan literatur dunia diharapkan jumlah halaman buku yang dibaca sebanyak seribu halaman buku perhari.
Hasil resensi buku bisa dijadikan pedoman bagi pembaca atau konsumen mau membeli buku itu atau tidak.
Buku baru bisa segera diresensi. Lalu dipublikasikan di media cetak atau media elektronik.
Demikian mengenai resensi.
Drama
Drama merupakan bagian dari sastra imajinatif.
Drama adalah karya yang memiliki dua dimensi karakteristik, yaitu dimensi sastra dan dimensi seni pertunjukan.
Satu hal yang tetap menjadi ciri drama adalah disampaikan dalam bentuk dialog-dialog dari para tokoh.
Mengenai peristilahan, misalnya istilah sandiwara, drama atau juga teater dapat dijelaskan sebagai berikut.
Istilah sandiwara merupakan istilah yang lebih dikenal pada awal perkembangan drama sampai dengan masa penjajahan Jepang.
Sedangkan untuk masa-masa selanjutnya, istilah drama dan teater lebih sering dipergunakan oleh banyak pihak.
Istilah drama untuk lebih memfokuskan drama sebagai genre sastra ( permasalahan naskah, teks, unsur cerita).
Istilah teater untuk menunjukkan persoalan pementasan (tentang seni pertunjukan, seni peran).
Contoh judul dan pengarang drama: Citra, Liburan Seniman, atau Api, karya Umar Ismail. kalau Dewi Tara sudah berkata, karya Muhamad Yamin. Dokter Bisma, karya Idroes. Jinak-Jinak Merpati, karya Armijn Pane. Taufan Di Atas Asia, karya El Hakim. Bunga Rumah Makan, karya Utuy Tatang Sontani. Malam Jahanam, karya Motinggo Busye. Orang-Orang Di Tikungan Jalan, karya Rendra. Bunga Besar, karya Misbach Yusa Biran. Mahkamah, karya Asrul Sani. Senandung Semenanjung, karya Wisran Hadi.
Di bawah ada contoh drama.
KELOMPOK BELAJAR BERSAMA
Rusdi dan kawan-kawan sedang duduk membaca buku di dalam ruang perpustakaan.
SAIMAN : (berdiri menoleh ke kiri kanan dan melihat ke luar)
Ketahuilah kawan-kawan yang lain sedang ramai berolahraga, di ruang sana ada yang berlatih kesenian dan marilah kelompok kita mulai belajar bersama.
RUSDI : Baiklah, asal tidak ribut dan bersenda gurau.
HERU : Saya kira tidak, hanya kita berlima inilah yang ada. Siapa lagi? Dengan belajar bersama saya merasa lebih berhasil.
YATINAH : Apa salahnya jika kesempatan ini kita manfaatkan untuk belajar bersama? Siapa tidak rajin belajar pasti akan gagal.
YULIATI : Setuju, sebelum kawan-kawan yang lain datang mari kita manfaatkan kesempatan ini untul bertanya jawab. Rusdi, kau sebagai ketua, silakan mulai !
(Dan seterusnya).
referensi: Drs. Hasanuddin WS., M.Hum., DRAMA
KARYA DALAM DUA DIMENSI
Drs. Suherli dkk, BAHASA INDONESIA, SMP kelas 2
Drama adalah karya yang memiliki dua dimensi karakteristik, yaitu dimensi sastra dan dimensi seni pertunjukan.
Satu hal yang tetap menjadi ciri drama adalah disampaikan dalam bentuk dialog-dialog dari para tokoh.
Mengenai peristilahan, misalnya istilah sandiwara, drama atau juga teater dapat dijelaskan sebagai berikut.
Istilah sandiwara merupakan istilah yang lebih dikenal pada awal perkembangan drama sampai dengan masa penjajahan Jepang.
Sedangkan untuk masa-masa selanjutnya, istilah drama dan teater lebih sering dipergunakan oleh banyak pihak.
Istilah drama untuk lebih memfokuskan drama sebagai genre sastra ( permasalahan naskah, teks, unsur cerita).
Istilah teater untuk menunjukkan persoalan pementasan (tentang seni pertunjukan, seni peran).
Contoh judul dan pengarang drama: Citra, Liburan Seniman, atau Api, karya Umar Ismail. kalau Dewi Tara sudah berkata, karya Muhamad Yamin. Dokter Bisma, karya Idroes. Jinak-Jinak Merpati, karya Armijn Pane. Taufan Di Atas Asia, karya El Hakim. Bunga Rumah Makan, karya Utuy Tatang Sontani. Malam Jahanam, karya Motinggo Busye. Orang-Orang Di Tikungan Jalan, karya Rendra. Bunga Besar, karya Misbach Yusa Biran. Mahkamah, karya Asrul Sani. Senandung Semenanjung, karya Wisran Hadi.
Di bawah ada contoh drama.
KELOMPOK BELAJAR BERSAMA
Rusdi dan kawan-kawan sedang duduk membaca buku di dalam ruang perpustakaan.
SAIMAN : (berdiri menoleh ke kiri kanan dan melihat ke luar)
Ketahuilah kawan-kawan yang lain sedang ramai berolahraga, di ruang sana ada yang berlatih kesenian dan marilah kelompok kita mulai belajar bersama.
RUSDI : Baiklah, asal tidak ribut dan bersenda gurau.
HERU : Saya kira tidak, hanya kita berlima inilah yang ada. Siapa lagi? Dengan belajar bersama saya merasa lebih berhasil.
YATINAH : Apa salahnya jika kesempatan ini kita manfaatkan untuk belajar bersama? Siapa tidak rajin belajar pasti akan gagal.
YULIATI : Setuju, sebelum kawan-kawan yang lain datang mari kita manfaatkan kesempatan ini untul bertanya jawab. Rusdi, kau sebagai ketua, silakan mulai !
(Dan seterusnya).
referensi: Drs. Hasanuddin WS., M.Hum., DRAMA
KARYA DALAM DUA DIMENSI
Drs. Suherli dkk, BAHASA INDONESIA, SMP kelas 2
Minggu, 24 Mei 2020
Tingkatan Bahasa
Tingkatan bahasa atau hierarki bahasa meliputi:
1. Bunyi
2. Morfem
3. Kata
4. Frase
5. Klausa
6. Kalimat.
Di sini terlihat bahwa bun
yi merupakan tingkatan yang terkecil dari semua tingkatan.
Sedangkan kalimat merupakan tingkatan yang terbesar.
Meski demikian satu sama lain saling berkaitan. Kalimat dibentuk dari bunyi-bunyi. Bunyi merupakan bagian dari kalimat. Jadi ada kaitannya. Tidak berdiri sendiri.
1. Bunyi
2. Morfem
3. Kata
4. Frase
5. Klausa
6. Kalimat.
Di sini terlihat bahwa bun
yi merupakan tingkatan yang terkecil dari semua tingkatan.
Sedangkan kalimat merupakan tingkatan yang terbesar.
Meski demikian satu sama lain saling berkaitan. Kalimat dibentuk dari bunyi-bunyi. Bunyi merupakan bagian dari kalimat. Jadi ada kaitannya. Tidak berdiri sendiri.
Jumat, 08 Mei 2020
Membaca Buku Kumpulan Puisi Buah Karya Taufik Ismail untuk Menemukan Pesan dan Menerapkannya dalam Kehidupan
Sumber: Dokumen penulis
Puisi merupakan bagian dari sastra imajinatif.
Puisi dibangun oleh dua unsur:
1. Bangun struktur puisi
2. Lapis makna puisi.
Bangun struktur puisi:
1. Bunyi
2. Kata
3. Baris
4. Bait
5. Tipografi.
Bangun struktur puisi adalah unsur pembangun puisi yang bisa dilihat.
Penjelasan mengenai kelima hal di atas ada di buku Aminudin dengan judul Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Sebagai berikut di bawah.
1. Bunyi
Bila berbicara tentang masalah bunyi dalam puisi, kita harus memahami konsep tentang:
1) rima, yang di dalamnya masih mengandung berbagai aspek, meliputi (a) asonansi atau runtun g, (b) aliterasi atau purwakanti, (c) rima akhir, (d) rima dalam, (e) rima rupa, (f) rima identik, dan (g) rima sempurna.
2) irama, yakni paduan bunyi yang menimbulkan unsur musikalitas, baik berupa alunan keras-lunak, tinggi-rendah, panjang-pendek, dan kuat-lemah yang keseluruhannya mampu menumbuhkan kemerduan, kesan suasana serta nuansa makna tertentu.
Timbulnya irama itu, selain akibat penataan rima, juga akibat pemberian aksentuasi dan intonasi maupun tempo sewaktu melaksanakan pembacaan secara oral, dan
3) ragam bunyi meliputi bunyi euphony, bunyi cacophony, dan anomatope.
Rima adalah bunyi yang berselang/berulang, baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik-larik puisi.
Istilah euphony sebagai salah satu ragam bunyi yang mampu menuansakan suasana keriangan, vitalitas maupun gerak. Bunyi euphony umumnya berupa bunyi-bunyi vokal.
Anda sendiri dapat mengetahui bahwa kata-kata yang mengandung sesuatu yang menyenangkan umumnya mengandung bunyi vokal, seperti tampak pada kata "gembira", "bernyanyi", dan "berlari".
Bunyi cacophony adalah bunyi yang menuansakan suasana ketertekanan batin, kebekuan, kesepian ataupun kesedihan. Bunyi cacophony umumnya berupa bunyi-bunyi konsonan yang berada di akhir kata.
Onomatopoeia atau sering disebut onomatope, sebagai bunyi dalam puisi yang umumnya hanya memberikan sugesti suara yang sebenarnya.
Bunyi yang disugestikan itu bisa berupa bunyi binatang, tik-tik air hujan, gemuruh ombak, dan lain-lainnya. Bunyi "kuk-kuk ru yuuk" sebagai peniru bunyi ayam jantan berkokok.
2. Kata
Berdasarkan bentuk dan isi, kata-kata dalam puisi dapat dibedakan antara
(1) lambang
(2) utterance atau indice
(3) simbol.
Lambang, yakni bila kata-kata itu mengandung makna seperti makna dalam kamus (makna leksikal) sehingga acuan maknanya tidak menunjuk pada berbagai macam kemungkinan lain (makna denotatif).
Utterance atau indice, yakni kata-kata yang mengandung makna sesuai dengan keberadaan dalam konteks pemakaian.
Simbol, yakni bila kata-kata itu mengandung makna ganda (makna konotatif).
Untuk memahami simbol seseorang harus menafsirkannya (interpretatif) dengan melihat bagaimana hubungan makna kata tersebut dengan makna kata lainnya (analisis kontekstual), sekaligus berusaha menemukan fitur semantisnya lewat kaidah proyeksi. Mengembalikan kata ataupun bentuk larik (kalimat) ke dalam bentuk yang lebih sederhana lewat pendekatan parafratis.
Kata-kata dalam puisi tidak diletakkan secara acak, tetapi dipilih, ditata, diolah, dan diatur penyairnya secara cermat. Pemilihan kata untuk mengungkapkan suatu gagasan disebut diksi.
Diksi yang baik tentu berhubungan dengan pemilihan kata yang tepat, padat dan kaya akan nuansa makna dan suasana sehingga mampu mengembangkan dan mengajak daya imajinasi pembaca.
Dalam hal cara penataan kosakata sehingga menjadi sesuatu yang lebih bermakna, kita tidak lepas dari masalah gaya bahasa.
3. Baris
Istilah baris atau larik dalam puisi, pada dasarnya sama dengan istilah kalimat dalam prosa.
Hanya saja, sesuai dengan hak kepangarangan yang diistilahkan dengan licentia poetica, maka wujud, ciri-ciri, dan peranan larik dalam puisi tidak begitu saja disamakan secara menyeluruh dengan kalimat dalam karya prosa.
Hal itu dapat dimaklumi karena bila kalimat dalam karya prosa secara jelas di awali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik. Hal yang demikian tidak selamanya dijumpai dalam puisi.
Baris dalam puisi juga sering kali mengalami pelesapan, yakni penghilangan salah satu atau beberapa bentuk dalam suatu larik untuk mencapai kepadatan dan keefektifan bahasa.
4. Bait
Satuan yang lebih besar dari larik biasa disebut dengan bait. Pengertian bait adalah kesatuan larik yang berada dalam satu kelompok dalam rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran, terpisah dari kelompok larik (bait) lainnya.
Peranan bait dalam puisi adalah untuk membentuk suatu kesatuan makna dalam rangka mewujudkan pokok pikiran tertentu yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
5. Tipografi
Cara penulisan suatu puisi sehingga menampilkan bentuk- bentuk tertentu yang dapat diamati secara visual disebut tipografi.
Peranan tipografi dalam puisi, selain untuk menampilkan aspek artistik visual, juga untuk menciptakan nuansa makna dan suasana tertentu.
Lapis makna puisi memiliki pengertian sebaliknya.
Lapis makna puisi meliputi pesan atau amanat puisi.
Buku kumpulan puisi atau antologi puisi dapat dijadikan sarana untuk menemukan pesan puisi.
Tirani dan Benteng merupakan judul buku kumpulan puisi buah karya Taufik Ismail.
Kita dapat mengapresiasinya.
Di bawah ditampilkan puisi, bagian dari buku itu.
NASEHAT-NASEHAT KECIL ORANG TUA
PADA ANAKNYA BERANGKAT DEWASA
Jika adalah yang harus kau lakukan
Ialah menyampaikan kebenaran
Jika adalah yang tidak bisa diperjualbelikan
Ialah yang bernama keyakinan
Jika adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon kezaliman
Jika adalah yang harus kau agungkan
Ialah hanya Rasul Tuhan
Jika adalah kesempatan memilih mati
Ialah syahid di jalan ilahi.
April, 1965
Puisi di atas dibangun oleh sebuah judul dan sepuluh baris atau larik.
Puisi di atas termasuk puisi singkat. Tapi bisa juga disebut puisi panjang. Makna atau pesan yang dikandungnya panjang.
Judul Puisi:
NASEHAT-NESEHAT KECIL ORANG TUA
PADA ANAKNYA BERANGKAT DEWASA
Baris pertama dan kedua:
Jika adalah yang harus kau lakukan
Ialah menyampaikan kebenaran
Kebenaran adalah apa yang datang dari Tuhan yaitu Alloh SWT, bukan manusia.
Solat fardhu lima waktu adalah kebenaran. Demikian pula, puasa romadhon adalah kebenaran. Dan juga yang lain-lainnya yang datang dari Alloh SWT.
Kita, Umat Islam menyuruh orang Islam untuk melaksanakan sholat fardhu lima waktu. Itu merupakan menyampaikan kebenaran.
Demikian pula, menyuruh orang Islam untuk melaksanakan puasa romadhon. Itu merupakan menyampaikan kebenaran.
Termasuk menyampaikan kebenaran yaitu mengajak orang Islam agar membaca Al - Quran secara rutin. Apalagi di Bulan Romadhon sebaiknya lebih banyak lagi membaca Al - Quran. Mumpung pahalanya dilipatgandakan lebih banyak lagi.
Menasehati penguasa agar menjalankan kebijakan bidang ekonomi sesuai Islam. Itu juga menyampaikan kebenaran. Termasuk pula bidang politik dan bidang-bidang yang lainnya.
Menyampaikan kebenaran, istilah agamanya yaitu amar ma'ruf.
Itulah pesan atau amanat puisi baris pertama dan kedua di atas.
Baris ketiga dan keempat:
Jika adalah yang tidak bisa diperjualbelikan
Ialah yang bernama keyakinan
Mempunyai pesan yaitu tetap beragama Islam. Tidak murtad meski sesaat. Tidak tergoda oleh apapun. Termasuk harta yang berlimpah sekalipun. Iman dan Islam terbawa mati disamping tauqwa kepada Alloh SWT.
Alangkah bahagianya orang seperti ini. Semoga kitapun demikian aaamiiinn..
Baris kelima dan keenam:
Jika adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon kezaliman
Mempunyai pesan yaitu tidak berdiam diri melihat kemungkaran atau kemaksiatan. Baik kemungkaran yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau negara.
Kemungkaran harus diubah. Diubah dengan tangan atau lisan atau hati.
Istilah agamanya yaitu nahi mungkar.
Jika berdiam diri ketika ada kemungkaran dihadapannya akan mengundang azab atau murka Alloh. Kalau sudah begitu maka akibat buruknya bukan hanya menimpa orang yang dzolim, orang yang tidak dzolimpun bisa terkena. Lebih parahnya lagi bila berdoa tidak akan terkabul.
Kita berlindung kepada Alloh SWT dari berdiam diri melihat kemungkaran. Terutama kemungkaran yang dilakukan oleh penguasa.
Baris ketujuh dan kedelapan:
Jika adalah yang harus kau agungkan
Ialah hanya Rasul Tuhan
Ini mempunyai pesan yaitu mengimani para Nabi dan Rasul Alloh SWT. Wajib mengetahui dua puluh lima Nabi dan Rasul. Mulai Nabi Adam AS. sampai Nabi Muhammad SAW.
Mencontoh Nabi Muhammad SAW dalam menjalani kehidupan ini. Tak lupa sering membaca solawat dan salam kepada Beliau.
Baris kesembilan dan kesepuluh:
Jika adalah kesempatan memilih mati
Ialah syahid dijalan ilahi.
Mempunyai pesan yaitu agar seorang muslim harus mempunyai keinginan meninggal dalam keadaan syahid. Meninggal ketika berperang untuk meninggikan kalimat Alloh SWT, itu termasuk syahid.
Demikian pula meninggal ketika wabah virus meIanda suatu daerah, itupun termasuk syahid.
Berdawah atau melakukan amar maruf nahi mungkar kepada pengusa. Kemudian penguasa itu membunuhnya. Itupun termasuk syahid. Bahkah disebut pemimpin shuhada. Sama kedudukannya dengan Hamzah, Sahabat sekaligus Paman Nabi sebagai pemimpin suhada. Beliau gugur ketika berjihad di medan perang.
Puisi ini dibuat bulan April, tahun 1965. Meski sudah lama. Tetap pesan yang dikandungnya dapat kita terapkan dalam menjalani kehidupan ini. Bahkan sampai alam dunia ini runtuh.
Semoga kita bisa menerapkannya aamiiiinn!
Puisi yang lainnya berjudul DENGAN PUISI, AKU.
DENGAN PUISI, AKU
Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta
Berbatas cakrawala
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Dengan puisi aku mengutuk
Nafas zaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenanlah kiranya.
1965
Puisi-puisi lainnya buah karya Taufik Ismail di bawah ini.
SEBUAH JAKET BERLUMUR DARAH
Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah berbagi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan 'Selamat tinggal perjuangan'
Beriklar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang
Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atap bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
LANJUTKAN PERJUANGAN!
1966
KARANGAN BUNGA
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu
'Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi.'
1966
DARI CATATAN
SEORANG DEMONSTRAN
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkan
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan.
1966
MIMBAR
Dari mimbar ini telah dibicarakan
Pikiran-pikiran dunia
Suara-suara kebebasan
Tanpa ketakutan
Dari mimbar ini diputar lagi
Sejarah kemanusiaan
Pengembangan teknologi
Tanpa ketakutan
Di kampus ini
Telah dipahatkan
Kemerdekaan
Segala despot dan tiran
Tidak bisa merobohkan
Mimbar kami.
1966
SEORANG TUKANG RAMBUTAN
PADA ISTRINYA
"Tadi siang ada yang mati,
Dan yang mengantar banyak sekali
Ya. Mahasiswa-mahasiswa itu. Anak-anak sekolah
Yang dulu berteriak: dua ratus, dua ratus!
Sampai bensin juga turun harganya
Sampai kita bisa naik bis pasar yang murah pula
Mereka kehausan dalam panas bukan main
Terbakar muka di atas truk terbuka
Saya lemparkan sepuluh ikat rambutan kita, bu
Biarlah sepuluh ikat juga
Memang sudah rezeki mereka
Mereka berteriak-teriak kegirangan dan berebutan
Seperti anak-anak kecil
"Hidup tukang rambutan! Hidup tukang rambutan!"
Dan menyoraki saya. Betul bu, menyoraki saya
Dan ada yang turun dari truk, bu
Mengejar dan menyalami saya
"Hidup pak rambutan!" sorak mereka
Saya dipanggul dan diarak-arak sebentar
"Hidup pak rambutan!" sorak mereka
"Terima kasih, pak, terima kasih!
Bapak setuju kami, bukan?"
Saya mengangguk-angguk. Tak bisa bicara
"Doakan perjuangan kami, pak,"
Mereka naik truk kembali
Masih meneriakkan terima kasih mereka
"Hidup pak rambutan! Hidup rakyat!"
Saya tersedu, bu. Saya tersedu
Belum pernah seumur hidup
Orang berterima-kasih begitu jujurnya
Pada orang kecil seperti kita.
1966
DOA
Tuhan kami
Telah nista kami dalam dosa bersama
Bertahun membangun kultus ini
Dalam pikiran yang ganda
Dan menutupi hati nurani
Ampunlah kami
Ampunilah
Amin
Tuhan kami
Telah terlalu mudah kami
Menggunakan asmaMu
Bertahun di negeri ini
Semoga Kau rela menerima kembali
Kami dalam barisanMu
Ampuni kami
Ampunilah
Amin.
1966
BENTENG
Sesudah siang panas yang meletihkan
Sehabis tembakan-tembakan yang tak bisa kita balas
Dan kita kembali ke kampus ini berlindung
Bersandar dan berbaring, ada yang merenung
Di lantai bungkus nasi bertebaran
Dari para dermawan tidak dikenal
Kulit duku dan pecahan kulit rambutan
Lewatlah di samping Kontingen Bandung
Ada yang berjaket Bogor. Mereka dari mana-mana
Semuanya kumal, semuanya tak bicara
Tapi kita tidak akan terpatahkan
Oleh seribu senjata dari seribu tiran
Tak sempat lagi kita pikirkan
Keperluan-keperluan kecil seharian
Studi, kamar-tumpangan dan percintaan
Kita tak tahu apa yang akan terjadi sebentar malam
Kita mesti siap saban waktu, siap saban jam.
1966
DARI IBU SEORANG DEMONSTRAN
"Ibu telah merelakan kalian
Untuk berangkat demonstrasi
Karena kalian pergi menyempurnakan
Kemerdekaan negeri ini"
Ya, ibu tahu, mereka tidak menggunakan gada
Atau gas airmata
Tapi langsung peluru tajam
Tapi itulah yang dihadapi
Ayah kalian armarhum
Delapan belas tahun yang lalu
Pergilah pergi, setiap pagi
Setelah dahi dan pipi kalian
Ibu ciumi
Mungkin ini pelukan penghabisan
(Ibu itu menyeka sudut matanya)
Tapi ingatlah, sekali lagi
Jika logam itu memang memuat nama kalian
(Ibu itu tersedu sesaat)
Ibu relakan
Tapi jangan di saat terakhir
Kauteriakkan kebencian
Atau dendam kesumat
Pada seseorang
Walaupun betapa zalimnya
Orang itu
Niatkanlah menegakkan kalimah Allah
Di atas bumi kita ini
Sebelum kalian melangkah setiap pagi
Sunyi dari dendam dan kebencian
Kemudian lafazkan kesaksian pada Tuhan
Serta Rasul kita yang tercinta
Pergilah pergi
Iwan, Ida dan Hadi
Pergilah pergi
Pagi ini
(Mereka telah berpamitan dengan ibu tercinta
Beberapa saat tangannya meraba rambut mereka
Dan berangkatlah mereka bertiga
Tanpa menoleh lagi, tanpa kata-kata).
1966
HORISON
Kami tidak bisa dibubarkan
Apalagi dicoba dihalaukan
Dari gelanggang ini
Karena ke kemah kami
Sejarah sedang singgah
Dan mengulurkan tangannya yang ramah
Tidak ada lagi sekarang waktu
Untuk merenung panjang, untuk ragu-ragu
Karena jalan masih jauh
Karena Arif telah gugur
Dan luka-luka duapuluh-satu.
1966
BEBERAPA URUSAN KITA
Tentang nasib angkatan ini
Itulah adalah urusan sejarah
Tapi tentang menegakkan kebenaran
Itu urusan kita
Apakah cuaca akan cemas di atas
Hingga selalu kita bernaung mendung
Apakah jantung kita masih berdegup kencang
Dan barisan kita selalu bukit-batu-karang?
Berjagalah terus. Berjagalah!
Siang kita bila berlucut laras senapan
Malam kita bila terancam penyergapan
Berjagalah terus. Berjagalah!
Mungkin kita tak akan melihat hari nanti
Mungkin tidak kau. Tidak aku. Siapa bisa tahu
Tapi itu urusan Tuhan
Masalah kemenangan, ketenteraman tanpa tiran
Tentang nasib angkatan ini
Itu urusan sejarah
Tetapi tentang menegakkan kebenaran
Itu urusan kita.
1966
Sumber: Dokumen penulis
Puisi merupakan bagian dari sastra imajinatif.
Puisi dibangun oleh dua unsur:
1. Bangun struktur puisi
2. Lapis makna puisi.
Bangun struktur puisi:
1. Bunyi
2. Kata
3. Baris
4. Bait
5. Tipografi.
Bangun struktur puisi adalah unsur pembangun puisi yang bisa dilihat.
Penjelasan mengenai kelima hal di atas ada di buku Aminudin dengan judul Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Sebagai berikut di bawah.
1. Bunyi
Bila berbicara tentang masalah bunyi dalam puisi, kita harus memahami konsep tentang:
1) rima, yang di dalamnya masih mengandung berbagai aspek, meliputi (a) asonansi atau runtun g, (b) aliterasi atau purwakanti, (c) rima akhir, (d) rima dalam, (e) rima rupa, (f) rima identik, dan (g) rima sempurna.
2) irama, yakni paduan bunyi yang menimbulkan unsur musikalitas, baik berupa alunan keras-lunak, tinggi-rendah, panjang-pendek, dan kuat-lemah yang keseluruhannya mampu menumbuhkan kemerduan, kesan suasana serta nuansa makna tertentu.
Timbulnya irama itu, selain akibat penataan rima, juga akibat pemberian aksentuasi dan intonasi maupun tempo sewaktu melaksanakan pembacaan secara oral, dan
3) ragam bunyi meliputi bunyi euphony, bunyi cacophony, dan anomatope.
Rima adalah bunyi yang berselang/berulang, baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik-larik puisi.
Istilah euphony sebagai salah satu ragam bunyi yang mampu menuansakan suasana keriangan, vitalitas maupun gerak. Bunyi euphony umumnya berupa bunyi-bunyi vokal.
Anda sendiri dapat mengetahui bahwa kata-kata yang mengandung sesuatu yang menyenangkan umumnya mengandung bunyi vokal, seperti tampak pada kata "gembira", "bernyanyi", dan "berlari".
Bunyi cacophony adalah bunyi yang menuansakan suasana ketertekanan batin, kebekuan, kesepian ataupun kesedihan. Bunyi cacophony umumnya berupa bunyi-bunyi konsonan yang berada di akhir kata.
Onomatopoeia atau sering disebut onomatope, sebagai bunyi dalam puisi yang umumnya hanya memberikan sugesti suara yang sebenarnya.
Bunyi yang disugestikan itu bisa berupa bunyi binatang, tik-tik air hujan, gemuruh ombak, dan lain-lainnya. Bunyi "kuk-kuk ru yuuk" sebagai peniru bunyi ayam jantan berkokok.
2. Kata
Berdasarkan bentuk dan isi, kata-kata dalam puisi dapat dibedakan antara
(1) lambang
(2) utterance atau indice
(3) simbol.
Lambang, yakni bila kata-kata itu mengandung makna seperti makna dalam kamus (makna leksikal) sehingga acuan maknanya tidak menunjuk pada berbagai macam kemungkinan lain (makna denotatif).
Utterance atau indice, yakni kata-kata yang mengandung makna sesuai dengan keberadaan dalam konteks pemakaian.
Simbol, yakni bila kata-kata itu mengandung makna ganda (makna konotatif).
Untuk memahami simbol seseorang harus menafsirkannya (interpretatif) dengan melihat bagaimana hubungan makna kata tersebut dengan makna kata lainnya (analisis kontekstual), sekaligus berusaha menemukan fitur semantisnya lewat kaidah proyeksi. Mengembalikan kata ataupun bentuk larik (kalimat) ke dalam bentuk yang lebih sederhana lewat pendekatan parafratis.
Kata-kata dalam puisi tidak diletakkan secara acak, tetapi dipilih, ditata, diolah, dan diatur penyairnya secara cermat. Pemilihan kata untuk mengungkapkan suatu gagasan disebut diksi.
Diksi yang baik tentu berhubungan dengan pemilihan kata yang tepat, padat dan kaya akan nuansa makna dan suasana sehingga mampu mengembangkan dan mengajak daya imajinasi pembaca.
Dalam hal cara penataan kosakata sehingga menjadi sesuatu yang lebih bermakna, kita tidak lepas dari masalah gaya bahasa.
3. Baris
Istilah baris atau larik dalam puisi, pada dasarnya sama dengan istilah kalimat dalam prosa.
Hanya saja, sesuai dengan hak kepangarangan yang diistilahkan dengan licentia poetica, maka wujud, ciri-ciri, dan peranan larik dalam puisi tidak begitu saja disamakan secara menyeluruh dengan kalimat dalam karya prosa.
Hal itu dapat dimaklumi karena bila kalimat dalam karya prosa secara jelas di awali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik. Hal yang demikian tidak selamanya dijumpai dalam puisi.
Baris dalam puisi juga sering kali mengalami pelesapan, yakni penghilangan salah satu atau beberapa bentuk dalam suatu larik untuk mencapai kepadatan dan keefektifan bahasa.
4. Bait
Satuan yang lebih besar dari larik biasa disebut dengan bait. Pengertian bait adalah kesatuan larik yang berada dalam satu kelompok dalam rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran, terpisah dari kelompok larik (bait) lainnya.
Peranan bait dalam puisi adalah untuk membentuk suatu kesatuan makna dalam rangka mewujudkan pokok pikiran tertentu yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
5. Tipografi
Cara penulisan suatu puisi sehingga menampilkan bentuk- bentuk tertentu yang dapat diamati secara visual disebut tipografi.
Peranan tipografi dalam puisi, selain untuk menampilkan aspek artistik visual, juga untuk menciptakan nuansa makna dan suasana tertentu.
Lapis makna puisi memiliki pengertian sebaliknya.
Lapis makna puisi meliputi pesan atau amanat puisi.
Buku kumpulan puisi atau antologi puisi dapat dijadikan sarana untuk menemukan pesan puisi.
Tirani dan Benteng merupakan judul buku kumpulan puisi buah karya Taufik Ismail.
Kita dapat mengapresiasinya.
Di bawah ditampilkan puisi, bagian dari buku itu.
NASEHAT-NASEHAT KECIL ORANG TUA
PADA ANAKNYA BERANGKAT DEWASA
Jika adalah yang harus kau lakukan
Ialah menyampaikan kebenaran
Jika adalah yang tidak bisa diperjualbelikan
Ialah yang bernama keyakinan
Jika adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon kezaliman
Jika adalah yang harus kau agungkan
Ialah hanya Rasul Tuhan
Jika adalah kesempatan memilih mati
Ialah syahid di jalan ilahi.
April, 1965
Puisi di atas dibangun oleh sebuah judul dan sepuluh baris atau larik.
Puisi di atas termasuk puisi singkat. Tapi bisa juga disebut puisi panjang. Makna atau pesan yang dikandungnya panjang.
Judul Puisi:
NASEHAT-NESEHAT KECIL ORANG TUA
PADA ANAKNYA BERANGKAT DEWASA
Baris pertama dan kedua:
Jika adalah yang harus kau lakukan
Ialah menyampaikan kebenaran
Kebenaran adalah apa yang datang dari Tuhan yaitu Alloh SWT, bukan manusia.
Solat fardhu lima waktu adalah kebenaran. Demikian pula, puasa romadhon adalah kebenaran. Dan juga yang lain-lainnya yang datang dari Alloh SWT.
Kita, Umat Islam menyuruh orang Islam untuk melaksanakan sholat fardhu lima waktu. Itu merupakan menyampaikan kebenaran.
Demikian pula, menyuruh orang Islam untuk melaksanakan puasa romadhon. Itu merupakan menyampaikan kebenaran.
Termasuk menyampaikan kebenaran yaitu mengajak orang Islam agar membaca Al - Quran secara rutin. Apalagi di Bulan Romadhon sebaiknya lebih banyak lagi membaca Al - Quran. Mumpung pahalanya dilipatgandakan lebih banyak lagi.
Menasehati penguasa agar menjalankan kebijakan bidang ekonomi sesuai Islam. Itu juga menyampaikan kebenaran. Termasuk pula bidang politik dan bidang-bidang yang lainnya.
Menyampaikan kebenaran, istilah agamanya yaitu amar ma'ruf.
Itulah pesan atau amanat puisi baris pertama dan kedua di atas.
Baris ketiga dan keempat:
Jika adalah yang tidak bisa diperjualbelikan
Ialah yang bernama keyakinan
Mempunyai pesan yaitu tetap beragama Islam. Tidak murtad meski sesaat. Tidak tergoda oleh apapun. Termasuk harta yang berlimpah sekalipun. Iman dan Islam terbawa mati disamping tauqwa kepada Alloh SWT.
Alangkah bahagianya orang seperti ini. Semoga kitapun demikian aaamiiinn..
Baris kelima dan keenam:
Jika adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon kezaliman
Mempunyai pesan yaitu tidak berdiam diri melihat kemungkaran atau kemaksiatan. Baik kemungkaran yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau negara.
Kemungkaran harus diubah. Diubah dengan tangan atau lisan atau hati.
Istilah agamanya yaitu nahi mungkar.
Jika berdiam diri ketika ada kemungkaran dihadapannya akan mengundang azab atau murka Alloh. Kalau sudah begitu maka akibat buruknya bukan hanya menimpa orang yang dzolim, orang yang tidak dzolimpun bisa terkena. Lebih parahnya lagi bila berdoa tidak akan terkabul.
Kita berlindung kepada Alloh SWT dari berdiam diri melihat kemungkaran. Terutama kemungkaran yang dilakukan oleh penguasa.
Baris ketujuh dan kedelapan:
Jika adalah yang harus kau agungkan
Ialah hanya Rasul Tuhan
Ini mempunyai pesan yaitu mengimani para Nabi dan Rasul Alloh SWT. Wajib mengetahui dua puluh lima Nabi dan Rasul. Mulai Nabi Adam AS. sampai Nabi Muhammad SAW.
Mencontoh Nabi Muhammad SAW dalam menjalani kehidupan ini. Tak lupa sering membaca solawat dan salam kepada Beliau.
Baris kesembilan dan kesepuluh:
Jika adalah kesempatan memilih mati
Ialah syahid dijalan ilahi.
Mempunyai pesan yaitu agar seorang muslim harus mempunyai keinginan meninggal dalam keadaan syahid. Meninggal ketika berperang untuk meninggikan kalimat Alloh SWT, itu termasuk syahid.
Demikian pula meninggal ketika wabah virus meIanda suatu daerah, itupun termasuk syahid.
Berdawah atau melakukan amar maruf nahi mungkar kepada pengusa. Kemudian penguasa itu membunuhnya. Itupun termasuk syahid. Bahkah disebut pemimpin shuhada. Sama kedudukannya dengan Hamzah, Sahabat sekaligus Paman Nabi sebagai pemimpin suhada. Beliau gugur ketika berjihad di medan perang.
Puisi ini dibuat bulan April, tahun 1965. Meski sudah lama. Tetap pesan yang dikandungnya dapat kita terapkan dalam menjalani kehidupan ini. Bahkan sampai alam dunia ini runtuh.
Semoga kita bisa menerapkannya aamiiiinn!
Puisi yang lainnya berjudul DENGAN PUISI, AKU.
DENGAN PUISI, AKU
Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta
Berbatas cakrawala
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Dengan puisi aku mengutuk
Nafas zaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenanlah kiranya.
1965
Puisi-puisi lainnya buah karya Taufik Ismail di bawah ini.
SEBUAH JAKET BERLUMUR DARAH
Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah berbagi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan 'Selamat tinggal perjuangan'
Beriklar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang
Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atap bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
LANJUTKAN PERJUANGAN!
1966
KARANGAN BUNGA
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu
'Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi.'
1966
DARI CATATAN
SEORANG DEMONSTRAN
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkan
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan.
1966
MIMBAR
Dari mimbar ini telah dibicarakan
Pikiran-pikiran dunia
Suara-suara kebebasan
Tanpa ketakutan
Dari mimbar ini diputar lagi
Sejarah kemanusiaan
Pengembangan teknologi
Tanpa ketakutan
Di kampus ini
Telah dipahatkan
Kemerdekaan
Segala despot dan tiran
Tidak bisa merobohkan
Mimbar kami.
1966
SEORANG TUKANG RAMBUTAN
PADA ISTRINYA
"Tadi siang ada yang mati,
Dan yang mengantar banyak sekali
Ya. Mahasiswa-mahasiswa itu. Anak-anak sekolah
Yang dulu berteriak: dua ratus, dua ratus!
Sampai bensin juga turun harganya
Sampai kita bisa naik bis pasar yang murah pula
Mereka kehausan dalam panas bukan main
Terbakar muka di atas truk terbuka
Saya lemparkan sepuluh ikat rambutan kita, bu
Biarlah sepuluh ikat juga
Memang sudah rezeki mereka
Mereka berteriak-teriak kegirangan dan berebutan
Seperti anak-anak kecil
"Hidup tukang rambutan! Hidup tukang rambutan!"
Dan menyoraki saya. Betul bu, menyoraki saya
Dan ada yang turun dari truk, bu
Mengejar dan menyalami saya
"Hidup pak rambutan!" sorak mereka
Saya dipanggul dan diarak-arak sebentar
"Hidup pak rambutan!" sorak mereka
"Terima kasih, pak, terima kasih!
Bapak setuju kami, bukan?"
Saya mengangguk-angguk. Tak bisa bicara
"Doakan perjuangan kami, pak,"
Mereka naik truk kembali
Masih meneriakkan terima kasih mereka
"Hidup pak rambutan! Hidup rakyat!"
Saya tersedu, bu. Saya tersedu
Belum pernah seumur hidup
Orang berterima-kasih begitu jujurnya
Pada orang kecil seperti kita.
1966
DOA
Tuhan kami
Telah nista kami dalam dosa bersama
Bertahun membangun kultus ini
Dalam pikiran yang ganda
Dan menutupi hati nurani
Ampunlah kami
Ampunilah
Amin
Tuhan kami
Telah terlalu mudah kami
Menggunakan asmaMu
Bertahun di negeri ini
Semoga Kau rela menerima kembali
Kami dalam barisanMu
Ampuni kami
Ampunilah
Amin.
1966
BENTENG
Sesudah siang panas yang meletihkan
Sehabis tembakan-tembakan yang tak bisa kita balas
Dan kita kembali ke kampus ini berlindung
Bersandar dan berbaring, ada yang merenung
Di lantai bungkus nasi bertebaran
Dari para dermawan tidak dikenal
Kulit duku dan pecahan kulit rambutan
Lewatlah di samping Kontingen Bandung
Ada yang berjaket Bogor. Mereka dari mana-mana
Semuanya kumal, semuanya tak bicara
Tapi kita tidak akan terpatahkan
Oleh seribu senjata dari seribu tiran
Tak sempat lagi kita pikirkan
Keperluan-keperluan kecil seharian
Studi, kamar-tumpangan dan percintaan
Kita tak tahu apa yang akan terjadi sebentar malam
Kita mesti siap saban waktu, siap saban jam.
1966
DARI IBU SEORANG DEMONSTRAN
"Ibu telah merelakan kalian
Untuk berangkat demonstrasi
Karena kalian pergi menyempurnakan
Kemerdekaan negeri ini"
Ya, ibu tahu, mereka tidak menggunakan gada
Atau gas airmata
Tapi langsung peluru tajam
Tapi itulah yang dihadapi
Ayah kalian armarhum
Delapan belas tahun yang lalu
Pergilah pergi, setiap pagi
Setelah dahi dan pipi kalian
Ibu ciumi
Mungkin ini pelukan penghabisan
(Ibu itu menyeka sudut matanya)
Tapi ingatlah, sekali lagi
Jika logam itu memang memuat nama kalian
(Ibu itu tersedu sesaat)
Ibu relakan
Tapi jangan di saat terakhir
Kauteriakkan kebencian
Atau dendam kesumat
Pada seseorang
Walaupun betapa zalimnya
Orang itu
Niatkanlah menegakkan kalimah Allah
Di atas bumi kita ini
Sebelum kalian melangkah setiap pagi
Sunyi dari dendam dan kebencian
Kemudian lafazkan kesaksian pada Tuhan
Serta Rasul kita yang tercinta
Pergilah pergi
Iwan, Ida dan Hadi
Pergilah pergi
Pagi ini
(Mereka telah berpamitan dengan ibu tercinta
Beberapa saat tangannya meraba rambut mereka
Dan berangkatlah mereka bertiga
Tanpa menoleh lagi, tanpa kata-kata).
1966
HORISON
Kami tidak bisa dibubarkan
Apalagi dicoba dihalaukan
Dari gelanggang ini
Karena ke kemah kami
Sejarah sedang singgah
Dan mengulurkan tangannya yang ramah
Tidak ada lagi sekarang waktu
Untuk merenung panjang, untuk ragu-ragu
Karena jalan masih jauh
Karena Arif telah gugur
Dan luka-luka duapuluh-satu.
1966
BEBERAPA URUSAN KITA
Tentang nasib angkatan ini
Itulah adalah urusan sejarah
Tapi tentang menegakkan kebenaran
Itu urusan kita
Apakah cuaca akan cemas di atas
Hingga selalu kita bernaung mendung
Apakah jantung kita masih berdegup kencang
Dan barisan kita selalu bukit-batu-karang?
Berjagalah terus. Berjagalah!
Siang kita bila berlucut laras senapan
Malam kita bila terancam penyergapan
Berjagalah terus. Berjagalah!
Mungkin kita tak akan melihat hari nanti
Mungkin tidak kau. Tidak aku. Siapa bisa tahu
Tapi itu urusan Tuhan
Masalah kemenangan, ketenteraman tanpa tiran
Tentang nasib angkatan ini
Itu urusan sejarah
Tetapi tentang menegakkan kebenaran
Itu urusan kita.
1966
Sabtu, 02 Mei 2020
Membaca Buku Fiksi dan Nonfiksi untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Praktek Berbahasa Indonesia Siswa
sumber: dokumen penulis
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa Indonesia yang ketiga, setelah berbicara.
Membaca adalah jendela dunia. Dengan membaca kita dapat merengkuh dunia. Begitu banyak kata bijak yang menyarankan kita banyak membaca buku.
Secara garis besar buku dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu buku fiksi dan buku nonfiksi.
Buku fiksi berisi gagasan/ide/perasaan
penulis yang bersifat fiktif imajinatif.
Buku fiksi perlu kita baca untuk menambah wawasan, memufuk minat baca, dan memufuk kreativitas siswa.
Sementara buku nonfiksi yaitu memaparkan ilmu pengetahuan baik secara teknis maupun secara populer.
Unsur buku nonfiksi yang dapat dikomentari meliputi:
1. Bagian cover buku
2. Rincian subbab buku
3. Judul subbab
4. Isi buku
5. Cara menyajikan isi buku
6. Bahasa yang digunakan
7. Sistematika.
Rp 6000
CV. Halt Corpora mengerti benar akan manfaat dari susu kambing ini. Melalui SPS Reguler, CV. Halt Corpora kini menghadirkan produk minuman serbuk mengandung susu kambing dari susu kambing asli pilihan dengan rasa original yang nikmat dan kandungan gula yang rendah tanpa bau kambing yang menyengat.
Selain itu juga sudah mendapatkan sertifikasi Halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 00120082510417 dan izin edar BPOM RI MD 800931001237.
Dengan mengkonsumsi susu kambing Halt SPS REGULER 1 sachet pagi hari dan 1sachet malam hari, terbukti membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan membantu mempercepat penyembuhan.
Juga terbukti membuat tubuh tidak mudah sakit, lelah, pegal, dan nyeri otot/sendi.
HALT SPS SUSU KAMBING BUBUK HALALAN THAYYIBAN, NUTRISI UNTUK SEMANGAT BERBUAT KEBAIKAN.
Info produk dan pemesanan bisa menghubungi Kokon Kurnia, HP 083895552304.
Demikian Panduan Mendapatkan Susu Kambing Yang Tepat Untuk Menjaga Kesehatan. Terima Kasih.
Sedangkan unsur buku fiksi meliputi:
1. Bagian cover buku
2. Rincian subbab buku
3. Judul subbab
4. Tokoh dan penokohan
5. Tema cerita
6. Bahasa yang digunakan
7. Penyajian alur cerita.
Jika ingin membuat penilaian secara khusus adalah dengan memperhatikan aspek tertentu yaitu isi, bahasa, dan tampilan fisik.
Misalnya dari segi isi buku:
Buku ini menginformasikan banyak hal tentang ... yang bermaaf bagi ... Isinya cukup padat dan lengkap. Penjelasan buku tentang ... sangat memadai.
Misalnya dari segi bahasa:
Kalimat yang digunakan sederhana dan menggunakan gaya populer. Buku ini juga mudah dipahami bagi orang yang bukan dari bidang ...
Istilah khusus yang digunakan dijelaskan dengan ungkapan bahasa sehari-hari.
Misalnya dari segi tampilan fisik:
Contoh, gambar, dan ilustrasi menyempurnakan pemahaman pembaca akan isi buku.
Siswa diharapkan membaca buku secara rutin. Bisa setiap hari atau bisa juga seminggu sekali tergantung situasi dan kondisi. Lebih sering baca lebih baik.
Perpustakaan sekolah bisa dimanfaatkan. Mumpung masih bersekolah. Karena kalau sudah tamat bersekolah belum tentu bisa baca buku di perpustakaan.
Ada baiknya setelah membaca buku diteruskan dengan segera menuliskan apa-apa yang diingat dari isi buku yang barusan dibaca. Dengan begitu ilmu itu terikat. Jadi ada hasilnya. Mumpung masih ingat di otak.
Demikian.
ref: Titin Harsiati dkk, Bahasa Indonesia kls VII
Langganan:
Postingan (Atom)